Satu lagi orang sukses di Indonesia yang berhasil menemukan bakat kecerdasannya melalui rangkaian kata-kata. Saya sering bertemu dengan orang yang pintar merangkai kata-kata atau istilah kerennya plesetan, namun tidak banyak yang menggunakan bakat ini dalam dunia bisnis. Brand Joger salah satu fenomena di dunia Bisnis yang berhasil menanamkan brand pabrik kata-kata yang identik juga dengan pulau Bali. Maka dari itu tidak lengkap jika kita berlibur ke pulau Bali jika tidak mengunjungi Joger. Hampir tiap hari ribuan orang memenuhi show room Joger yang terletak di Jalan Raya Kuta. Terutama ketika musim liburan tiba, 17 kasir yang tersedia selalu berisi antrian panjang.
Hingga saat ini, Joger memiliki sekitar 150-an ‘anggota keluarga’ (sebutan untuk karyawan Joger). Usaha Joger mampu memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang buangan termasuk orang cacat sehingga mereka mampu berkarya untuk hidup mereka. Jika dilihat sukses Joger saat ini, mungkin banyak yang tidak menyangka bahwa pemilik Joger bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi S1 atau S2.
Pendiri Joger atau sering disebut Mr. Joger atau Pak Joger bernama Joseph Theodorus Wulianadi. Joger memiliki salam khas Selamat Pagi, tidak peduli apakah hari sudah siang atau malam. Nama Joger sendiri merupakan singkatan dari namanya, Joseph dan Gerhard Seeger. Gerhard adalah teman sekolahnya ketika di Jerman yang memberi US 20.000 sebagai hadiah pernikahannya.
Usaha Mr Joger dimulai dengan modal 500ribu pada bulan Juli 1980. Beliau mulai merangkai kata-kata sendiri, disablonkan kepada orang lain, memasarkan sendiri door to door, gedor-gedor rumah orang dan hasilnya sekarang pembeli yang harus ngantri di Joger. Produk yang paling pertama ia hasilkan adalah kaos. Kaos itu dibuat dengan kata-kata, “Belanja tidak belanja tetap thank you”. Waktu itu masih menggunakan desain manual.
Menurut cerita Mr. Joger, 19 januari 1981 usahanya mulai menanjak. Ini ditandai dengan membuka toko di Jalan Sulawesi 37, Denpasar dengan nama Art & Batik Shop Joger. Kemudian selanjutnya Tahun 1983 membuka toko lain di jalan yang sama. Terakhir tahun 1986, Mr. Joger membuka toko di Jalan Raya Kuta hingga saat ini.
Namun Mr Joger malah ‘bertobat’ dan membatalkan niatnya untuk menjadi konglomerat. Dua toko di Jalan Sulawesi akhirnya ditutup Mr. Joger pada Tahun 1987 walaupun secara materi menguntungkan. Walaupun demikian saat ini sedang dibangun pusat Joger lainnya di daerah Baturiti, Tabanan Bali. Ini semata-mata karena toko Joger di jalan raya Kuta sudah terlalu sempit untuk menampung ribuan pengunjung tiap harinya.
Konsistensi Joger untuk mempertahankan Brand Joger di pulau Bali juga mampu mempertahankan hidup brand dan keaslian brand tersebut. Joger tidak bisa dibeli di luar pulau Bali, sehingga jika orang menggunakan Joger berarti pernah berlibur ke Bali. Kualitas kainnya pun tidak kalah dengan brand luar negeri seperti Billabong dan Quick Silver, namun harga merakyat untuk orang Indonesia.
Sekalipun begitu terkenal dengan limpahan materi yang cukup. Baginya itu tidaklah seberapa. Sukses tidak bisa diukur dari kekayaan materi. “Sukses itu adalah ketika kita bisa merasakan bahagia. Walau kaya dengan materi segunung kalau belum bahagia itu namanya belum sukses. Apalagi miskin dan tidak bahagia,” lontarnya sambil terkekeh.
Cara mengelola usahanya sendiri, Mr Joger mengaku tidak seribet dengan usaha lain. Dia seringkali membuat manajemen berjalan dengan sendirinya. Yang ada adalah pembagian kerja dari masing-masing ‘anggota keluarga’. Karena katanya, setiap orang adalah pemimpin. Mereka tahu tanggung jawabnya dan tahu maju mundurnya perusahaan ada di tangan masing-masing.
Usaha Mr Joger ini umumnya dikelola dengan sistem yang bertentangan dengan keumuman usaha. Misalnya dalam setiap produk dari usahanya selalu dibilang jelek. “Joger jelek,” tapi yang seperti ini justru yang disukai pembeli.
Dengan strategi pemasaran yang sering bertentangan dengan kelaziman, ternyata karir Mr Joger terus menanjak. Bahkan, hingga kini ia mengaku tidak pernah mengalami kemunduran. ‘Nggak pernah mundur. Malah maju terus,” tandasnya.
Sumber : Radar Bali
Hingga saat ini, Joger memiliki sekitar 150-an ‘anggota keluarga’ (sebutan untuk karyawan Joger). Usaha Joger mampu memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang buangan termasuk orang cacat sehingga mereka mampu berkarya untuk hidup mereka. Jika dilihat sukses Joger saat ini, mungkin banyak yang tidak menyangka bahwa pemilik Joger bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi S1 atau S2.
Pendiri Joger atau sering disebut Mr. Joger atau Pak Joger bernama Joseph Theodorus Wulianadi. Joger memiliki salam khas Selamat Pagi, tidak peduli apakah hari sudah siang atau malam. Nama Joger sendiri merupakan singkatan dari namanya, Joseph dan Gerhard Seeger. Gerhard adalah teman sekolahnya ketika di Jerman yang memberi US 20.000 sebagai hadiah pernikahannya.
Usaha Mr Joger dimulai dengan modal 500ribu pada bulan Juli 1980. Beliau mulai merangkai kata-kata sendiri, disablonkan kepada orang lain, memasarkan sendiri door to door, gedor-gedor rumah orang dan hasilnya sekarang pembeli yang harus ngantri di Joger. Produk yang paling pertama ia hasilkan adalah kaos. Kaos itu dibuat dengan kata-kata, “Belanja tidak belanja tetap thank you”. Waktu itu masih menggunakan desain manual.
Menurut cerita Mr. Joger, 19 januari 1981 usahanya mulai menanjak. Ini ditandai dengan membuka toko di Jalan Sulawesi 37, Denpasar dengan nama Art & Batik Shop Joger. Kemudian selanjutnya Tahun 1983 membuka toko lain di jalan yang sama. Terakhir tahun 1986, Mr. Joger membuka toko di Jalan Raya Kuta hingga saat ini.
Namun Mr Joger malah ‘bertobat’ dan membatalkan niatnya untuk menjadi konglomerat. Dua toko di Jalan Sulawesi akhirnya ditutup Mr. Joger pada Tahun 1987 walaupun secara materi menguntungkan. Walaupun demikian saat ini sedang dibangun pusat Joger lainnya di daerah Baturiti, Tabanan Bali. Ini semata-mata karena toko Joger di jalan raya Kuta sudah terlalu sempit untuk menampung ribuan pengunjung tiap harinya.
Konsistensi Joger untuk mempertahankan Brand Joger di pulau Bali juga mampu mempertahankan hidup brand dan keaslian brand tersebut. Joger tidak bisa dibeli di luar pulau Bali, sehingga jika orang menggunakan Joger berarti pernah berlibur ke Bali. Kualitas kainnya pun tidak kalah dengan brand luar negeri seperti Billabong dan Quick Silver, namun harga merakyat untuk orang Indonesia.
Sekalipun begitu terkenal dengan limpahan materi yang cukup. Baginya itu tidaklah seberapa. Sukses tidak bisa diukur dari kekayaan materi. “Sukses itu adalah ketika kita bisa merasakan bahagia. Walau kaya dengan materi segunung kalau belum bahagia itu namanya belum sukses. Apalagi miskin dan tidak bahagia,” lontarnya sambil terkekeh.
Cara mengelola usahanya sendiri, Mr Joger mengaku tidak seribet dengan usaha lain. Dia seringkali membuat manajemen berjalan dengan sendirinya. Yang ada adalah pembagian kerja dari masing-masing ‘anggota keluarga’. Karena katanya, setiap orang adalah pemimpin. Mereka tahu tanggung jawabnya dan tahu maju mundurnya perusahaan ada di tangan masing-masing.
Usaha Mr Joger ini umumnya dikelola dengan sistem yang bertentangan dengan keumuman usaha. Misalnya dalam setiap produk dari usahanya selalu dibilang jelek. “Joger jelek,” tapi yang seperti ini justru yang disukai pembeli.
Dengan strategi pemasaran yang sering bertentangan dengan kelaziman, ternyata karir Mr Joger terus menanjak. Bahkan, hingga kini ia mengaku tidak pernah mengalami kemunduran. ‘Nggak pernah mundur. Malah maju terus,” tandasnya.
Sumber : Radar Bali
0 komentar:
Posting Komentar